" Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tiada Ilah yang haq melainkan Engkau. Engkau telah menciptakanku, aku adalah hamba-Mu, aku di atas perjanjian-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amalanku. Aku mengakui nikmat-nikmat-Mu yang Engkau anugerahkan kepadaku, aku mengakui dosa-dosaku. Ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosaku melainkan Engkau.”

Ruh dan Kematian, Masa Depan Manusia yang Pasti

Kematian adalah pasti, tidak perlu dipahami oleh teori teori, dan dalil dalil. Karena pada fitrahnya manusia tidak menyukai akan hal hal yang belum pasti dan tidak bisa dipahami maka kematian adalah menakutkan bagi manusia, terkesan horor, penuh hal yang menyakitkan. Terlebih bila proses kematian itu dengan hal hal yang sadis, seperti terpotongnya anggota tubuh, darah berceceran, daging dan organ organ dalam tubuh berhamburan dimana mana, sungguh itu berlawanan dengan kondisi dasar psikis manusia.



Masa depan. Manusia tidak tau bagaimana masa depannya, sudah banyak kisah kisah hidup ini dimana menunjukkan masa depan benar benar misteri, adakalanya seseorang yang mulanya di anggap sukses tetapi berakhir tragis. Demikian juga ada pula seseorang yang mulanya dihina dan di akhir kehidupannya mendapat banyak pujian dan dikenang kebaikannya oleh banyak orang.

Dalam sudut keimanan Islam diajarkan bahwa kematian adalah gerbang menuju dimensi baru dimana disana ada kehidupa pula yang bagai mimpi hingga terjaga lagi secara lengkap antara tubuh ruh dan fisik hingga menhadap Tuhan dan menerima buah amal selama di dunia, bila amal kebaikan lebih banyak maka mendapat surga, bila amal buruk maka harus mengalami pembersihan terlebih dahulu di planet neraka yang kesusahannya lebih berat dibanding ketika dibumi ini. Sedangkan alam barzakh(*kematian) adalah bayangan atau mimpi dari surga atau neraka itu tadi.

Dalam sudut padang keberumatan dalam agama Islam, akhir kehidupan duniawi di dunia ini adalah negatif, yaitu kiamat. Kiamat dipahami sebagai rusaknya alam, baik manusia ataupun sistem tata surya yang berlaku bagi bumi ini. Secara fenomenanya adalah di awali dari adalah moral manusia yang hingga manusia melakukan pengerusakan disegala hal karena merasa sudah mencapai puncak perdabannya dan mengaku sebagai Tuhan. Ringakasnya adalah masa depan dunia adalah buruk.

Dalam sudut pandang Sufi, kematian bisa dikatakan paling komprehensif, sebab kematian dibahas bukan secara klinis saja yang dipahami sebagai berpisahnya ruh dan jasad, akan tetapi juga dibahas dari sisi filosofis yang lengkap.

Ketika masa depan ada hantu kematian, maka dari sini terkadang orang bisa mengalami depresi, sebab merasa segala yang di dunia hanya sia sia saja. Hal demikian mungkin benar bila dari pemahaman kepencapaian hidup, sebab ternyata segala iktiyar dan pencapaian(*materialistik) pastilah ditinggalkan. Perihal kematian dalam pembahasan keyakian (*Islam) juga bisa menjadi hal hal yang merusak psikologis, sebab dari hadis hadis dikabarkannya ada siksa kubur dan gambaran neraka disana. Maka sebenarnya hal demikian menjadi motifasi orang agar menjauhi dosa dan mengerjakan amal shalih.

Entah secara keberumatan atau individual bila dikatakan bahwa masa depat manusia di dunia ini hanyalah kematian, terlebih itu adalah hal hal yang menyakitkan, maka ini menjadi dilematis dalam kesadaran berupa benturan benturan antara tuntutan hidup yang harus selalu bergerak dan kenyataan kematian dimana semua harus berakhir. Apakah ini bukan kesia siaan?. Tetapi ketika realita ada antara hidup dan mati, dan ada kematian dalam hidup dan hidup dalam mati, maka kita tinggal bertanya :"dimana kita hidup?" lalu kita laksanakan rumusam dimana kita tinggal, itulah yang adil. Apakah ini artinya sebagai anjuran untuk mencintai kehidupan duniawi. Oh tentu tidak!, ini hanya berpikir secara obyektif saja dan bersyukur atas hidup ini yang dijabarkan sebagai karya yang ishlah(*membangun) baik kehidupan duniawi ataupun ukhrawi. Lalu bertanyalah yang bertanya :"apa itu mungkin?", saya menjawab :"kenapa tidak", sebab dalam Islam sendiri juga ada aturan syariah yang berkenaan dengan kesalihan sosial dan tuntutan pengembangan akal dimana sudah barang tentu menjadi eksplorasi alam materi. Tentu ini harus dilaksanakan dengan tanggung jawab moral dihadapan Allah dan sesama manusia, maka itu juga akan bernilai ibadah yang kelak akan diberi penghargaannya oleh Allah swt.

Percayalah, sebenarnya manusia yang dicari bukanlah hidup atau mati(*secara klinis) tetapi yang dicari manusia adalah kenikmatan, -ya, itu saja-, dan itu memang sudah fitrah manusia, karena manusia yang sebenarnya adalah makhluk surga. Berbeda dengan malaikat yang tidak terobesesi dengan kenikmatan, seba mereka adalah instrumen alam semesta yang secara af'al hanyalah kepatuhan belaka.

Lalu bagaiman bila kita sadari bila masa depan itu mengandung kematian?, maka itu motif bagi kita untuk beramal shalih dan meminimalkan dosa. Adakalanya justeru kematian itu dicari ketika dipahami bila kehidupan setelah mati adalah lebih baik lebih nikmat ketimbang dari kehidupan duniawi, karena inilah orang rela berjihad dengan benar membela agama Tuhan(*bukan karena konspirasi politik) dan atau menjalani zuhud hingga mendapat pengetahuan esoteris tentang Ketuhanan dan rahasia rahasia kehidupan.

Ketika bahasannya secara filosofis bila kematian bukanlah secara fisik saja, maka itu sebagai modal pembelajaran kesadaran soal hidup. Entah dimana kita hidup, dan di prespektif yang apa saja kita akan bertemu dengan kematian. Tetapi titik temu dari itu adalah soal kesadaran. Ketika kematian dipahami sebagai pintu menuju kehidupan baru maka langkah langkah nya berdasar kesadaran yang kita miliki juga, dan kita akan hidup di dimensi yang kita sadari, sedang amal perbuatan adalah pancaran dari kesadaran kita.

Kematian non fisik bisa dirasakan dan dijabarkan menjadi pengalaman bahkan menjadi modal dialektika dalam diri. Tetapi kematian fisikal tidak mungkin kita jabarkan bila kita mengalaminya tidak bisa kembali lagi kedunia ini, maka mempersiapkan dengan amal shalih adalah tindakan yang tepat untuk itu. Kematian adalah hikmat yang tak bisa dibatah.

ARTIKEL TERKAIT:

0 komentar:

Posting Komentar

 
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahanam dan azab kubur dan fitnah kehidupan serta kematian dan dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim 923)"
Panji Hitam | Tegakan kebenaran Hancurkan kebathilan