Nabi Nuh tidak memainkan peranan penting dalam Kitab Suci Yahudi dan Kristen. Dalam Taurat kisahnya diceriterakan cukup panjang dan lengkap: dari Kejadian 6:5 sampai bab 9. Seluruhnya empat halaman. Selanjutnya Nabi Nuh hanya disebut dua kali. Pertama, sepintas lalu dalam Injil Matius 24:37-39 sebagai peringatan menjelang hari kiamat: Sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, sampai ketika Nuh masuk dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Tentu disini istilah ‘Anak Manusia’ tidak boleh dijadikan lawan dari Yesus sebagai ‘Anak Allah’. ‘Anak Manusia’ sejak buku Nabi Daniel dalam tradisi Yahudi diartikan sebagai utusan Tuhan yang akan membersihkan dunia ini dari kejahatan serta mengadili yang baik dan yang buruk. Orang Kristen menyebut Yesus dengan gelar Anak Manusia dan sekaligus Anak Allah, walaupun keduanya dengan pengertian sendiri!
Ayat kedua mengenai Nabi Nuh dalam Perjanjian Baru adalah dalam surat 1 Petrus 3:20. Disana ada referensi kepada wafatnya Yesus dan sebelum dia bangkit dia membawa kabar baiknya kepada roh-roh orang zaman dulu yaitu pada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. Dalam Syahadat Singkat atau Apostolic Confession peristiwa ini juga disebut sebagai Yesus yang turun ke tempat penantian. Khususnya di Tanah Toraja peristiwa ini sangat dihargai karena diterapkan kepada nenek-moyang orang Kristen, yang secara fisik tidak pernah masuk Kristen, tidak dibaptiskan. Melalui perjalanan Yesus mulai dari wafatnya dan kebangkitan sampai ke dunia ‘neraka’ dibawah tanah manusia ini, mereka juga diselamatkan!
Pelukis Frans Kalb dalam Majalah Belanda untuk Dialog Muslim-Kristen Begrip Moslims- Christenen
Dalam Al-Qur’an referensi kepada para Nabi Yahudi cukup sering ditemukan. Juara no 1 tentu Nabi Musa yang masuk dalam 502 dari kl 6600 ayat. Jumlah ini juga disebabkan karena istilah ‘Bani Nabi Musa’ dipakai sebagai nama untuk rakyat Israil. Nomor dua adalah Nabi Ibrahim yang disebut dalam 245 ayat. Nomor tiga adalah Nabi Nuh dalam 131 ayat. Dengan demikian begini Nabi Musa lebih sering disebut dari yang lain, diantaranya nabi Isa/ Yesus yang disebut ‘hanya’ dalam 93 ayat. Semua ini tentu menurut hitungan dalam Yves Moubarac, Abaraham dans de Coran (Paris:Vrins, 1958, 24-25).
Kenyataan ini pernah diringkaskan dalam Majalah Begrip di Belanda dengan gambar seperti diatas. Episode ini mirip kejuaraan seperti pada acara kejuaraan umum: di tengah nomor 1, Musa memegang dua biji loh hukum. Nomor 2 Ibrahim dengan kambing kurban dan nomor 3 Nabi Nuh dengan kapal bahteranya. Tentu gambar ini diambil dari belakang tanpa wajah mereka untuk menghormati (sebagian) kaum Muslimin yang tidak senang dengan gambar lengkap para nabi.
Lukisan dari sumber yang tidak jelas. Diambil dari www.flickr.com no 10722210553. Nuh…Muhammad
Dalam Al-Qur’an kisah Nabi Nuh dibicarakan dalam 26 surah, tetapi sering hanya sepintas lalu saja. Kisah yang paling panjang ditemukan dalam Surah 71. Semua 28 ayat dari surah 71 ini memuat atau merujuk kisah ini. Atau mungkin kita harus mengatakan: khutbah yang paling lengkap diberikan disana pada surat 71. Menurut sejumlah sarjana orientalis Al-Qur’an secara karya sastra merupakan khutbah yang memberikan aktuailisasi terhadap kisah yang sudah dikenal orang pada zaman Nabi Muhammad.
Photograph taken from the Internetsite Brother Pete atau http://www.brotherpete.com/ id68.htm. Flood of 1942.
Dalam periode Mekah Nabi Muhammad sendiri diancam, dilecehkan, ditertawakan. Persis seperti Nabi Musa. Dengan begitu kita juga bisa membaca ayat mengenai Nabi Musa seperti kesan mengenai apa yang terjadi terhadap Nabi Muhammad sendiri: 11:27 Maka berkata pemimpin-pemimpin, Yang tiada beriman diantara kaumnya, “Kami lihat kau hanyalah manusia seperti kami, Dan kami lihat kau hanya diikuti Orang yang paling hina di antara kami, Tanpa pikir panjang. Dan tiada kami lihat kamu lebih utama dari kami. Bahkan, kami anggap kamu orang pendusta!
Ayat ini juga bisa diartikan sebagai perdebatan antara para pemimpin kota Mekah dengan Nabi Muhammad. Yesus sendiri tidak punya banyak tokoh penting atau kaya ditengah pengikutnya, tetapai nelayan dan petani yang miskin, begitu juga para pengkit Nabi Muhammad pada umumnya orang kecil. Tentu, ‘Umar dan Abu Bakr termasuk golongan yang berada, tetapi mayoritas muslim baru cukup sederhana. Bilal adalah bekas budak yang kemudian dibebaskan oleh dermawan Abu Bakr. Salman ‘orang Parsi’ juga adalah pendatang yang sederhana.
Giovanni Bellini (1430-1516), Drunken Noah/Nabi Nuh tertidur mabuk; Besançon, Musée des Beaux-Arts.
Dalam Kitab Suci Yahudi ada kisah mengenai Nabi Nuh yang menanam dan mulai memproduksi anggur, mencoba minuman baru ini, sampai mabuk. Nuh terjatuh, tertidur, secara telanjang kemaluannya. Anak Nabi Musa, yaitu Kham menertawakan ayahnya. Tetapi dua anak lainnya Sem dan Yafet dengan hormat memberikan kain atas bagian auratnya. Kemudian Kham serta anaknya Kanaan dikutuk. Menurut ahli tafsir modern kisah ini tentu adalah kisah yang hendak menghina para musuh Bani Israil yang tinggal di Palestina yaitu suku Kanaan. Referensi kepada peristiwa ini ditemukan dalam sura 37:75-82 dan 26:105-120.
Kisah Kham/Kanaan ini terjadi dalam Kitab Suci Yahudi sesudah air bah dan banjirnya selesai dan sesudah Allah menjanjikan melalui tanda pelangi bahwa tidak pernah lagi akan terjadi banjir besar seperti itu. Aneh juga: sesudah janji lengkap masih ada musibah bagi salahsatu anak Nabi Nuh. Ternyata kisah ini juga disebut dalam Al-Qur’an tetapi sebelum banjir besar ini! Menurut sarjana Yahudi di Amerika, Gordon Newby, urutan dalam Al- Qur’an lebih logis dan juga ditemukan dalam beberapa tulisan Yahudi yang berasal dari Etiopia. Dengan begitu kita bisa menemui perkembangan pikiran Yahudi dari abad 3-6 juga dalam naskah Al-Qur’an. Atau sebaliknya? Yahudi kemudian menyesuaikan kepada urutan kisah menurut al- Qur’an? (Bacalah Gordon Newby, ‘The drowned Son: Midrash and Midrash Making in the Qur’an and Tafsir’, in William Brinner & Stephan D. Ricks, Studies in Islamic and Judais Traditions, Atlanta, Georgia: Scholars Press, 1986:19-40.) Hikmah pelangi
Teolog Kristen-Protestan Belanda Abraham Kuyper menulis pada tahun 1902 sebuah renungan yang menarik mengenai Nabi Nuh. Saya kutip saja: “Titik tolak untuk rahmat Tuhan yang Universal adalah perjanjian Allah dengan Nuh suesudah banjir air bah dan dosa yang menjadi akibat banjir raksasa itu. Para teolog Kristen terlalu cepat memegang pada Ibrahim dan anak-anaknya, sehingga perjanjian Allah dengan Nuh tersingkir dan akhirnya terlupa. Tetapi dalam Kitab Suci perjanjian Allah dengan Nuh bukan peristiwa sampingan saja, sebagai hal yang hanya disebut sepintas lalu. Perjanjian Tuhan dengan Nuh digambarkan lebih panjang lebar dan lebih mendalam lagi daripada perjanjian dalam Taman Eden/Firdaus dengan Adam atau perjanjian selanjutnya dengan Ibrahim”. Kami kutip Abraham Kuyper disini karena dia tidak merupakan ahli teologi yang liberal, modern dan pluriform. Tetapi dia sudah mulai dengan menekankan persatuan semua manusia dan semua agama dalam perjanjian pelangi dalam zaman Nabi Nuh. (Untuk Abraham Kuyper lihat juga Martien Brinkman, Schepping als Sacrament, Zoetermeer: Meinema, 1991:132).
Sejak Konsil Vaticanum II (1962-1965) istilah Abrahamic Religions sudah membudaya untuk merumuskan persatuan agama Yahudi-Kristen-Islam. Ide ini bagus dan telah menghasilkan cukup banyak rekasi yang positif: organisasi, kegiatan, studi teologi bersama. Akan tetapi Ibrahim sering digabungkan dengan tanah Palestina sebagai tanah eksklusif untuk kaum Yahudi. Dan Ibrahim juga terikat kepada tiga agama yang disebut diatas (walaupun ada tokoh Indonesia, Nuruddin ar-Raniri, yang mengatakan bahwa Hindu juga berasal dari Ibrahim, karena pemimpin Hindu atau para Brahman atau ‘Barahim’, melanjutkan semangat Ibrahim). Tentu Nabi Nuh sikapnya lebih universal karena penjanjian pelangi meliputi seluruh dunia. Satu sikap Nuh yang istimewa juga adalah bahwa perjanjian ini tidak merujuk ke pembebasan atau bahagia di akhirat, tetapi cocok untuk spiritualitas duniawi. Para pecinta ekologi tentu cinta juga pesan Nabi Nuh untuk dunia yang stabil, subur dan sehat.
Inilah peta negeri Belanda dengan dua musuhnya, yaitu bahaya banjir dan ancaman Islam: seluruh negeri kecil ini dilanda banjir yang besar dan yang masih selamat adalah menara masjid, seolah-olah Islam sudah menguasai seluruh Belanda. Karikatur ini adalah ‘hiasan’ di Kantor Uni Eropa di Brussels ketika Slovakia memimpin Serekat/Uni Eropa pada tahun 2009 dan seniman Slovakia dapat tugas memberikan gambar mengenai masing-masing Negara Eropa. Konklusi: membaca bersama dan terus-menerus
Kita selalu membaca Kitab Suci menurut pemahaman baru, dari latar belakang kita masing- masing. Dengan begitu semua orang menciptakan makna baru. Injil mengulangi banyak kisah dari kitab Taurat. Begitu Al-Qur’an bisa diartikan sebagai khutbah terhadap kitab suci Yahudi dan Kristen. Diatas diberikan sebuah seleksi kecil dari mata-rantai interpretasi kisah Nabi Nuh. Mudah-mudahan kita semua selamat dari banjir dan mencapai makna Hidup, seperti Sang Bima bebas dari samudera dan melalui Dewa Ruci mencapai kunci kebenaran. Tentu saja Sunan Kalijaga juga mengikuti contoh ini. Dan pengarang ini pernah mengajar di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga. Selamat menyelam, berenang dan hidup santai dan tenang!
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar