" Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tiada Ilah yang haq melainkan Engkau. Engkau telah menciptakanku, aku adalah hamba-Mu, aku di atas perjanjian-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amalanku. Aku mengakui nikmat-nikmat-Mu yang Engkau anugerahkan kepadaku, aku mengakui dosa-dosaku. Ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosaku melainkan Engkau.”

Jati Diri Bangsa Israel

Sebelum bicara bacalah sejarah! Siapa Palestina, Siapa Israel kita harus tahu. Siapa Mesir dibawah kekuasaan sebelum Mursi, Mengapa Amerika mendukung penuh agresi Israel dan siapa Inggris juga harus kita tahu. berikut adalah sejarah panjangnya. Bacalah!!


Akhir-akhir ini terjadi keprihatinan yang mendalam di bumi Palestina. Beribu orang tewas akibat serangan Israel ke jalur Gaza yang dimulai tanggal 27 Desember 2008. Dunia pun bergejolak. Beberapa negara dengan keras menentang Israel bahkan dengan memutuskan hubungan diplomatiknya. Unjuk rasa menentang serangan Israel pun terjadi di mana-mana termasuk di Indonesia. Namun, perang masih mungkin meletus hingga beberapa tahun mendatang.

Palestina memang memiliki sejarah yang pelik. Israel, yang merupakan bangsa Yahudi, mendirikan negaranya di atas tanah Palestina. Hal ini menyebabkan situasi berkembang hingga keadaan sekarang. Untuk lebih memahami konflik ini, maka saya berusaha merangkum sejarah Palestina dari awal hingga terjadinya konflik.

Wilayah Palestina-Israel (swaramuslim.com)

Tulisan ini dirangkum dari beberapa sumber yaitu:

Makalah Umar Asasudin, M.A. yang berjudul “Peranan Cendekiawan dalam Perjuangan Kemerdekaan Palestina: Pendekatan Sejarah”
Pidato Ikhrimah Shabri (Imam Masjid Al-Aqhsa Palestina pada tahun 1992) yang berjudul “Palestina: Sejarah Perjuangan, Intifada, dan Agresi Israel terhadap Masjidil Aqsha”.
Makalah Dr. Roeslan Abdoelgani yang berjudul “Solidaritas Indonesia terhadap Palestina: Suatu Tinjauan Historis”

Ketiganya terdapat dalam buku “Palestina: Solidaritas Islam dan Tata Politik Dunia Baru”, dengan editor : M Riza Sihbudi & Achmad Hadi, cetakan Pustaka Hidayah tahun 1992. Buku ini berintikan makalah dalam seminar “Pekan Persahabatan Indonesia Palestina” 13-18 Januari 1992 di Yogyakarta.
Kejadian setelah tahun 1992 dirangkum dari:

“Tabel Sejarah Timur Tengah” dalam blog “Kajian Timur Tengah” oleh Dina Y. Sulaeman
“Sejarah Berdirinya Negara Israel” oleh Panji Prabowo (Kepala GAMAIS ITB 2008-2009) dalam blognya
Berita-berita dalam kompas.com tentang perang Israel Palestina.

Selamat membaca!

***
Wilayah Palestina pada mulanya ditinggali oleh beberapa bangsa, yaitu bangsa Ammonit dan Philistine. Lalu, sekitar tahun 1000 SM, Palestina ditaklukan oleh Raja Thalut dan Daud a.s. Daud a.s. dan keturunannya, yang merupakan bangsa yahudi, akhirnya menjadi raja di sana dan Palestina menjadi tanah air bangsa yahudi dari 1000 SM – 135 M. Palestina sendiri sempat dikuasai oleh Kerajaan Persia, Babilonia, Mesir, dan kerajaan-kerjaaan lain secara bergantian dalam rentang waktu tersebut.

Wilayah Palestina Dikuasai Kerajaan Romawi

Sekitar tahun 100 SM muncullah kekuatan Roma dan pada tahun 63 SM, Roma, di bawah pemerintahan Raja Pompey, menaklukan kerajaan yang menguasai Palestina. Tahun 66 M, timbul pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa Yahudi. Perang terjadi dan pemberontak kalah dan akhirnya pada tahun 70 M, Jerussalem jatuh sepenuhnya ke tangan Roma.

Raja Pompey dari Romawi (www.usu.edu)
Raja Pompey dari Romawi (www.usu.edu)
Pada saat itu, biasanya Roma tidak melakukan penekanan tetapi memperlakukan daerah jajahannya dengan lembut untuk mempersatukan warga negeranya dengan bangsa jajahannya. Namun, di dalam kasus bangsa Yahudi, cara ini tidaklah berhasil. Seringkali timbul huru-hara dari bangsa Yahudi. Hal ini menyebabkan akhirnya Roma berlaku keras kepada bangsa Yahudi dan mengeluarkan dekrit yang mematikan nasionalismen bangsa Yahudi dengan cara melarang berbagai peribadatan mereka.

Pada akhirnya dekrit ini membuat sebuah pemberontakan besar dari 200.000 orang Yahudi yang dipimpin oleh Barcocheba di Jerussalem. Raja Hadrian yang saat itu memimpin Roma mengirimkan Julius Sevenus dan tentara yang jumlahnya besar untuk memadamkan pemberontakan dan menaklukan Jerussalem. Pada saat itu, bangsa Yahudi kalah dan dikeluarkan peraturan mereka dilarang masuk ke kota apapun alasannya.

Jerussalem dijadikan koloni Roma dan tempat peribadatan Yahudi, haikal Yahudi, diganti dengan candi lambang supremasi Roma, candi Yupiter. Mulai saat itu bangsa Yahudi tersebar ke luar Palestina. Namun, ada sebagian kecil yang tetap bertahan di sana.

Setelah masa itu, pengaruh agama Kristen masuk ke Roma, sehingga menumbuhkan penyebaran agama Kristen di Palestina. Agama Kristen tumbuh di daerah tersebut. Lalu, pada pembagian kerajaan Roma tahun 395, Palestina berada dalam kekuasaan Kerajaan Bizantium, yang disebut juga kerajaan Romawi Timur.

Pada saat itu Palestina menjadi daerah yang makmur, menjadi pusat perkembangan jemaah haji (beribadah mengunjungi tempat-tempat suci yang dilakukan oleh penganut Kristen,Yahudi,dll.). Namun sesekali muncul penyiksaan kepada bangsa Yahudi oleh bangsa yang menguasai.

Tahun 611 M, Chosroes II, raja Kerajaan Sasan dari Persia, menyerang daerah itu. Diikuti oleh bangsa Yahudi yang ingin membalas dendam. Yerussalem direbut. Gereja Holy Sepulchre dihancurkan dengan tanah dan hartanya dibawa. Gereja lain bernasib sama dan uskupnya ditahan.

Tahun 628 M, Raja Heralcus dari Bizantium menaklukan kembali teritorial tersebut. Namun kemenangan ini bersifat sementara karena munculnya kekuatan Islam yang melemahkan Kerajaan Bizantium tersebut.

Palestina Dikuasai Islam
Islam muncul tahun 610 M di bawah kepemimpinan Muhammad saw. Di selang tahun 610-632 M, suku-suku di daerah Arab berhasi l dipersatukan di bawah kepemimpinannya yang asalnya saling bermusuhan. Kerajaan Islam (Kekhalifahan Islam) setelah Muhammad saw meninggal di bawah pemimpin Abu Bakar (632-634 M) berusaha merebut daerah Palestina dari tangan Bizantium. Namun, usaha tersebut tidak berhasil dan akhirnya baru berhasil ketika Kekhalifahan Islam dipimpin oleh Umar ra. Pada tahun 636,
Bizantium jatuh.

Di bawah kepemimpinan Umar ra. terjadi perjanjian damai di Jerussalem antara pemerintahan Umar dengan umat Kristen yang dipimpin oleh Uskup Sophronius. Umar sendiri sempat mengunjungi The Holy Rock (tempat ibadah Daud as. dan tempat Haikal Yahudi) dan tempat itu menjadi Masjid Umar. Muncullah pengaruh Islam di Jerussalem.

Perselisihan yang terjadi di antara kepemimpinan umat Islam setelah zaman Muhamamad saw dan Khulafaurrasyidin (4 sahabat Nabi Muhamamad saw yang memimpin setelah nabi wafat) menyebabkan munculnya berbagai dinasti yang berganti memimpin Islam dari Dinasti Muawiyah sampai dengan Dinasti Abbassiah. Pada tahun 685-705, khalifah Abdul Malik dari Dinasti Abbasiah memperindah tempat suci Jerussalem dengan membangun Kubah Al-Sakhrah, atau Dome of the Rock. Pada tahun 929, terjadi pemberontakan kaum Qaramithah yang merampas Mekkah. Hal ini menyebabkan banyaknya eksodus bangsa Arab ke Jerussalem. Pada tahun 1969, Mesir, diduduki dinasti Fathimah yang menyatakan kemerdekaannya dari Dinasti Abbassiyah. Terjadi pertikaian antara kedua dinasti tersebut sampai dengan 1072 dan akhirnya Palestina dikuasai oleh Dinasti Fathimiah. Gereja Holy Sepulchre hancur saat serangan Dinasti Fathimiah ke Dinasti Abbasiyah.



Dome of the Rock (history.boisestate.edu)
Dome of the Rock (history.boisestate.edu)

Pada masa Perang Salib dan setelahnya (1099-1900)
Pada tahun 1099, datang serangan suku Frank dari Eropa yang membawa ke daerah Yerussalem yang membawa 40.000 tentara untuk menguasai Jerussalem. Jerussalem takluk dan akhirnya berdirilah kerajaan Latin di Jerussalem. Perang ini disebut Perang Salib I. Palestina dikuasai oleh suku Frank yang beragama Kristen. Adanya Perang Salib II yang berlangsung tahun 1147-1187 menyebabkan Palestina kembali berada di tangan Kerajaan Islam. Perang Salib berlangsung beberapa kali namun akhirnya berbuntut kepada perjanjian damai.

Pada tahun 1258, muncul serangan dari suku Tartar di bawah pimpinan Hulagu yang berasal dari Asia Tengah (Mongol). Serangan ini sempat menakukan Baghdad, Damaskus, dan Suriah. Namun, datangnya tentara dari Mesir menyebabkan mereka kalah dan akhirnya daerah itu dikuasai oleh Mesir.

Wilayah Dikuasai Turki (1516-1900)
Pada 1516, Turki menaklukan Mesir yang menyebabkan daerah itu ditaklukan Turki. Turki menjadikan daerah Palestina sebagai salah satu provinsi dan gubernur dikirim dari Konstatinopel. Turki menguasai Palestina selama 4 abad. Mulai 1840, Turki membuka Palestina demi kepentingan ekonominya. Akhirnya muncul pelabuhan-pelabuhan dan konsulat-konsulat Eropa. Hal ini memunculkan semakin kecilnya pengaruh Turki dan membesarnya pengaruh para konsulat di sana. Sempat terjadi Perang Krim (1854-1856) karena persaingan antara Ortodoks Yunani dan Pendeta Latin.

Theodor Herzl (www.israelvets.com)
Theodor Herzl (www.israelvets.com)

Tahun 1896, Theodor Herzl, penggagas gerakan zionisme, mengeluarkan usulannya untuk mendirikan negara Israel di Palestina. Hal ini disebabkan bangsa Yahudi yang terpencar dan tidak memiliki tanah air sejak Romawi menguasai Palestina. Akhirnya, beberapa orang Yahudi mendirikan koloni di daerah Palestina.

Berdirinya Negara Israel
Tahun 1914, muncul perselesihan antara Inggris Raya dan Turki. Akhirnya menyebabkan keduanya berperang. Palestina sempat dijadikan markas militer oleh Turki. Namun, akhirnya tahun 1918 Inggris resmi menang, dan Palestina dikuasai oleh Inggris.

Tanggal 2 November 1917, keluar deklarasi menteri luar negeri Inggris, Arthur Balfour, yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Deklarasi ini berisi tentang dukungan Inggris terhadap pendirian negara Yahudi di Palestina. Hal ini disebabkan oleh bangsa Yahudi telah membantu Inggris dalam memenangi Perang Dunia I dan Inggris ingin menguasai Palestina karena berada di daerah strategis di antara Asia, Eropa, dan Afrika.

Arthur Balfour (www.firstworldwar.com)
Arthur Balfour (www.firstworldwar.com)

Pada tahun 1920, kantor pemerintahan Inggris di Palestina (British Mandate of Palestine) berdiri, Komisi Tinggi-nya adl Herbert Samuel. Setelah tahun-tahun tersebut, imigrasi Yahudi ke daerah Palestina terus meningkat. Orang Yahudi yang baru datang, biasanya masuk ke kota dan mendirikan perusahaan-perusahaan di sana.

Tahun 1929, mulai terjadi kerusuhan besar antara bangsa Arab dan Yahudi. Konflik ini terjadi karena adanya perebutan hak-hak beberapa tempat suci di Yerussalem. Selain itu, berdasarkan hasil penyelidikan tim yang dibuat Inggris, hal ini terjadi karena orang-orang Arab tertekan dengan pembelian tanah dan imigrasi orang Yahudi yang akhirnya mendesak mereka.

Tahun 1933, bangsa Yahudi hanya berjumlah 17% dari seluruh masyarakat Palestina. Namun, setelah masa itu, saat Hitler berkuasa di Jerman dan Polandia, terjadi gelombang migrasi besar-besaran dari Eropa ke Palestina. Pada saat itu juga terjadi perubahan politik di Timur Tengah. Mesir dan Suriah yang merdeka menyebabkan tumbuhnya nasionalisme untuk memerdekakan diri. Akhirnya timbul wacana untuk melepaskan Palestina dari Inggris.

Tahun 1938, Konflik antara Arab-Yahudi memuncak. Inggris mengeluarkan mandat yang intinya akan membagi Palestina menjadi dua bagian, yaitu untuk Arab dan Yahudi untuk menghentikan perpecahan. Namun, beberapa tahun kemudian mandat itu dicabut dan diganti dengan white paper yang intinya mendesak dibentuk satu pemerintahan gabungan antara Arab dan Yahudi. White-paper ini ditentang oleh bangsa Yahudi.

Pada saat itu, bangsa Yahudi yang tinggal di Amerika memegang peranan penting dalam perekonomian Amerika. Hal ini menyebabkan Amerika berpihak kepada kepentingan bangsa Yahudi. Inggris yang mulai merasa terganggu hubungannya dengan Amerika akhirnya menyerahkan tentang Palestina ke PBB. Inggris sendiri akan menarik mandatnya dari Palestina tanggal 15 Maret 1948.

1 September 1947, PBB menyarankan agar Palestina dibagi 2, menjadi daerah untuk bangsa Yahudi dan Arab. Bangsa Yahudi dan Arab yang tinggal di Palestina saling berebut pengaruh dan menolak aturan tersebut. Mulailah berbagai perang gerilya yang melibatkan keduanya. Namun, sayangnya, semangat bangsa Yahudi lebih berlipat dibanding dengan bangsa Arab di sana. Di saat terjadi perang, para ningrat Arab malah kabur ke negara lain. Tanggal 14 Mei 1948, Israel diproklamirkan orang-orang Yahudi. Esoknya Amerika Serikat mengakui kedaulatan Israel.

Perjuangan Palestina Pasca 1948
(red. Mulai saat ini, digunakan istilah bangsa Palestina untuk penduduk yang kebanyakan Arab yang tinggal di Palestina yang bukan masyarakat Yahudi)

Negara-negara Arab di sekitar Palestina menolak kehadiran Israel di sana. Terjadilah perang. Israel menang telak, dan akhirnya mengusai seluruh daerah Palestina kecuali Tepi Barat yang dikuasai Suriah dan Jalur Gaza yang dikuasai Mesir. Terjadi pengungsian besar-besaran bangsa Palestina dari Palestina. Penduduk Palestina terbagi menjadi 3, yang tinggal di pendudukan Israel, tinggal di jalur Gaza dan Tepi Barat, dan yang mengungsi ke daerah-daerah luar Palestina. Setelah itu, sering terjadi bentrok antara Israel dan negara-negara sekitarnya. Tahun 1964 berdiri PLO (Palestinian liberation Organization), sebuah organisasi yang nantinya diakui sebagai satu-satunya organisasi yang mewakili aspirasi masyarakat Palestina. Pada kelanjutannya, PLO dipimpin oleh Yaseer Arafat.


Yasser Arafat (www.mukto-mona.com)
Yasser Arafat (www.mukto-mona.com)

Pata tahun 1967, terjadi perang 6 hari antara Israel-Mesir. Mesir kalah telak sehingga Israel berhasil menduduki daerah Sinnai. Tahun 1973, Mesir dan Suriah bersatu untuk menyerang Israel, namun Israel menang dan menguasai daerah hingga mendekati Terusan Suez. Mesir akhirnya mengakui keberadaan negara Israel, dengan imbalan daerahnya sampai dengan Sinnai dikembalikan ke Mesir (tercantum dalam Perjanjian Camp David 1978).

Sejak saat itu, wilayah Palestina dikuasai Israel. Israel sendiri demi kepentingan zionismenya, membentuk perumahan-perumahan untuk bangsa Yahudi di daerah Palestina. Israel sendiri menduduki Jalur Gaza dan Tepi Barat. Di sana, bangsa Palestina dijadikan masyarakat kelas dua. Perumahan mereka digusur dan diteror. Bangsa Palestina terus menerus menderita di bawah pendudukan Israel.

Akibat dari tekanan pendudukan Israel, muncullan gerakan yang dinamakan Intifada pada tahun 1987. Gerakan Intifada sendiri, yang secara harfiah berarti “pemberontakan”, merupakan gerakan melawan tentara Israel yang bersenjata dengan batu-batu dan ketapel. Seluruh aspek bangsa Palestina, baik itu anak-anak dan orang tua, lelaki dan wanita melakukan perjuangan dengan melempar batu ke arah tentara-tentara Israel yang bersenjata dan bertank lapis baja. Selain itu munculnya beberapa kelompok-kelompok garis keras, seperti HAMAS pada tahun 1987, yang memiliki pemikiran bahwa satu-satunya cara menguris Israel dari Palestina adalah dengan perang jihad.

Seorang Anak Melempar Batu ke Tentara Israel (www.voltairenet.org)
Seorang Anak Melempar Batu ke Tentara Israel
Intifada (www.israelnewsradio.net)
Intifada

Jalur Diplomasi Dimulai
Pada 30 Oktober 1991, dimulai konferensi Madrid, antara Israel dan Palestina yang diwakili oleh PLO. Pertemuan berlanjut sehingga pada 13 September 1993, ditandatangai Perjanjian Oslo yang berisi PLO diberi wilayah otonomi, yaitu 60% dari Jalur Gaza dan kota Ariha di Tepi Barat. Imbalannya, PLO mengakui eksistensi Israel. Pada 1 Juli 1994, Arafat memasuki Gaza dalam rangka mendirikan Otoritas Nasional Palestina (Palestinian National Authority; selanjutnya disebut PNA). Pada 1996 diadakan pemilu pertama bangsa Palestina, Yasser Arafat terpilih menjadi Presiden. Selanjutnya muncul beberapa perjanjian seperti:

17 Januari 1997, Perjanjian Al Khalil ditandatangani Israel-Palestina yang berisi 20% wilayah Al Khalil tetap dikuasai Israel, sisanya diserahkan kepada Palestina.
23 Okt 1998, Perjanjian Maryland ditandatangani Israel-PNA. Berisi Israel menyerahkan sebagian wilyah di Tepi Barat kepada PNA, sebagai imbalan, PNA berjanji mengatasi masalah terorisme (terorisme sendiri merujuk kepada tindakan HAMAS)

Wilayah Palestina sendiri terbagi dua, yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza yang masing-masing dipisahkan oleh wilayah Israel.

Yitzhak Rabin, Bill Clinton, Yasser Arafat dalam Kesepekatan Oslo (kenraggion.com)
Yitzhak Rabin, Bill Clinton, Yasser Arafat dalam Kesepekatan Oslo

Yitzhak Rabin, Bill Clinton, Yasser Arafat dalam Kesepekatan Oslo (kenraggion.com)
Pada 28 Sept 2000, Intifadah Kedua dimulai, dipimpin oleh HAMAS. PNA sendiri dalam pihak yang bertentangan dengan HAMAS. PNA lebih milih untuk berdialog daripada berperang. Pada 26 Okt 2004, gigihnya perjuangan Intifadah II membuat Israel kewalahan dan mengesahkan program penarikan mundur dari Jalur Gaza. Pada, 11 Nov 2004 Yaser Arafat meninggal. Kepemimpinan di PLO digantikan oleh Mahmoud Abbas. September 2005 dimulai penarikan mundur tentara Israel dari Jalur Gaza. Inilah kemenangan para pejuang Palestina setelah 38 tahun. Namun, Israel terus melancarkan serangan dan teror ke Jalur Gaza. Selain itu, Israel mendirikan tembok-tembok pembatas yang mengucilkan pemukiman Palestina dan memperlebar perumahan bagi bangsa Yahudi.

Pada Pemilu 2006, HAMAS memenangi pemilu. Namun, sebagian besar negara barat menolak hasil pemilu ini karena menanggap HAMAS adalah teroris dunia. HAMAS sendiri berpusatkan di daerah Jalur Gaza.
Sayap Militer Hamas (heavenawaits.wordpress.com)
Sayap Militer Hamas

Beberapa kali terjadi bentrok antara HAMAS dan Israel yang ditandai saling meluncurkan roket dan misil di perbatasam. Hal ini memaksa perang terjadi. Perang yang terakhir terjadi pada Desember 2008. Pasca gencatan senjata berakhir pada November 2008, tank-tank Israel masuk ke perbatasan jalur Gaza dan milisi HAMAS menembakkan roket ke arah Israel dari Jalur Gaza. Akhirnya, dimulailah perang yang ditandai dengan tanggal 27 Desember 1998, Israel melakukan serangan udara yang diikuti serangan darat ke arah Jalur Gaza dengan dalih memusnahkan HAMAS. Perang terjadi sampai dengan 19 Januari 2008 dan menewaskan 1200 lebih warga Palestina dan belasan tentara Israel. Sayangnya, dari kebanyakan warga yang tewas bukanlah dari kalangan militer. Bahkan, sekitar 600 orang merupakan anak-anak dan perempuan.

Pada saat tulisan ini dibuat (21 Januari 2009), Israel telah menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza. Keadaan Jalur Gaza saat ini bagaikan kota yang luluh lantah. Bangunan hancur dan masyarakat yang mengalami luka baik fisik maupun mental yang traumatis akibat perang. Rumah sakit penuh oleh orang yang terluka dan masyarakat yang hidup di sana kekurangan bahan makanan dan obat-obatan. Meskipun bantuan telah masuk, namun diperkirakan Jalur Gaza tidak akan pulih dalam waktu dekat. Padahal, deadaan di Palestina masih memungkinkan untuk terjadi perang kembali. Korban-korban lain masih mungkin berjatuhan.
Perempuan Gaza sedang Meratap (www.populisamerica.com)
Perempuan Gaza sedang Meratap

Korban Anak-Anak di Gaza (www.monde-magouilles.com)
Korban Anak-Anak di Gaza

Hentikan kekerasan di Gaza dan sekitarnya…
--------------------------------------------
Benarkah Penjajah Israel Tidak Bisa Dikalahkan ?
Salah satu argumentasi yang sering dilontarkan oleh pihak-pihak yang ingin menghentikan perjuangan membebaskan Palestina adalah anggapan bahwa Israel adalah negara yang kuat. Fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Israel adalah negara yang sangat kecil yang tidak memiliki kedalaman strategis. Sebuah pesawat tempur jet hanya dapat terbang di seluruh Israel (sejauh 40 mil laut dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania) dalam waktu empat menit. Tidak memiliki tentara regular yang besar karena penduduknya harus mengandalkan cadangan. Jumlah Populasi Israel yang kecil menambah kepekaan terhadap kerugian sipil dan militer.

Israel, dari awal, mengandalkan migrasi dari berbagai kawasan dunia . Di masa lalu memang banyak yang bermigrasi ke Israel, namun saat ini kecenderungan ini terbalik. Karena kekhawatiran keamanan , semakin meningkat jumlah warga Israel ingin meninggalkan Israel. Sekarang ini , lebih banyak warga Israel yang pindah ke Eropa dan Amerika Serikat daripada sebaliknya.

Dari segi motivasi tentara Israel sangat lemah. Padahal motifasi inilah sangat menentukan kemenangan dalam perang. Tentara-tentara muda tidak mengalami pergulatan ideologis seperti di awal-awal pendirian Israel.

Mereka juga banyak bermigrasi karena ingin mendapat kenyamanan hidup seperti perumahan gratis. Namun, mereka pasti berpikir seribu kali, ketika harus mempertaruhkan nyawa mereka. Terdapat fakta-fakta bagaimana prajurit Israel tampak ketakutan menghadapi rudal-rudal yang diluncurkan dari Gaza.

Pasukan konvensional Israel terdiri dari hanya memiliki 176.000 tentara aktif dengan 500.000 tentara cadangan. Persenjataan -yang banyak yang dibeli dari AS- meliputi 600 pesawat tempur. Sementara penduduk Israel hanya 7,5 juta.

Bandingkan dengan Mesir memiliki 240 pesawat tempur F-16 dari total 1200 pesawat udara. Mesir juga memiliki 450.000 tentera reguler. Sementara Turki memiliki 700 jet tempur dengan tentara aktif yang berjumlaah 400.000 personel.

Jumlah tentara regular ini tentu semakin kalau ditambah dengan pasukan cadangan yang bisa diambil dari total penduduk Mesir yang berjumlah 77 juta. Ditambah lagi dengan tentara cadangan dari 72 juta total penduduk Turki.

Persoalan umat Islam sekarang tinggal satu, adakah komando yang mau menggerakkan tentara-tentara regular dengan persenjataannya yang tidak kalah dengan Israel. Tentara regular ini akan didukung oleh jutaan umat Islam yang siap jihad fi sabillah membebaskan Palestina. Motifasi tentara Islam ini juga sangat kuat didasarkan pada aqidah Islam dan kerinduan syahid fi sabilillah.

Komando ini seharusnya muncul dari penguasa Mesir , Turki, Saudi dan Iran. Namun karena hampir seluruh penguasa Arab dan militernya memberikan loyalitasnya kepada Amerika,hal ini sangat sulit diharapkan. Karena itu penggulingan penguasa pengecut ini dan menggantikannya dengan Kholifah yang akan menerapkan sistem Khilafah menjadi sangat penting. Sebab hanya dengan menggerakan tentara lah Israel akan bisa dikalahkan hingga ke akar-akarnya.


Mitos Sejarah
Terdapat mitos sejarah yang selalu diulang-ulang untuk menerima keberadaan aggressor Israel. Negara ini –Israel- tidak pernah terkalahkan dan terbukti dengan kemenangannya di 4 perang, maka dunia islam harus menerima kenyataan ini bahwa keberadaan israel adalah suatu keniscayaan.Sejak berdiri di tahun 1948, Israel dan militernya selalu diliputi mitos sebagai kekuatan yang tak terkalahkan. Menariknya, mitos tersebut tidak dimotori oleh Israel sendiri tapi justru oleh para pemimpin pengkhianat yang menguasai umat Islam.

Kinerja militer Israel pada perang 1948, 1956, 1967, dan 1973 melawan umat Islam sering dikutip sebagai superioritas militer Israel. Implikasinya, konflik melawan Israel secara langsung sering dianggap oleh negara-negara Arab sebagai strategi yang tidak menguntungkan, sehingga mereka terpaksa untuk bernegosiasi dengan Israel. Konsekuensi dari negosiasi tentunya adalah pengakuan terhadap kedaulatan dan keberadaan Israel melalui proses perdamaian. Dalam merangkum fakta kekuatan militer Israel, kita perlu mengingat pertanyaan penting: Apa tujuan pembuatan dan penyebaran mitos ini?

Perang 1948- Pendirian Israel
Perang 1948 berujung pada pendirian negara Israel. Secara sekilas, sulit dipahami bagaimana mungkin 40 juta penduduk Arab tidak mampu menundukkan 600,000 orang Yahudi. Studi mendalam menunjukkan bahwa pembelaan terhadap nasib palestina justru melahirkan pendirian Israel itu sendiri.

Pembelaan terhadap Palestina diwakili terutama oleh Raja Abdullah dari Yordania Raya, Raja Farook dari Mesir, dan Mufti Palestina, dimana semuanya adalah penguasa muslim yang lemah dan dimanipulasi oleh Inggris. Raja Abdullah yang dipandang sebagai pembela rakyat Palestina, sejatinya adalah kebohongan. Telah diketahui bahwa dia dan Ben Gurion (Perdana Menteri Israel Pertama) adalah sesama teman semasa belajar di Istanbul dan dalam pertemuan rahasia, Abdullah (yang kemudian menjadi penguasa Yordania) telah mengakui keberadaan Israel dan mendapat imbalan untuk menguasai wilayah yang dihuni mayoritas bangsa Arab Palestina.

Abdullah memiliki Legiun Arab, suatu unit militer yang terdiri dari 4500 prajurit terlatih yang dipimpin oleh perwira Inggris bernama Jendral John Glubb. Dalam biografinya, Glubb mengatakan bahwa dia diperintah secara tegas untuk tidak memasuki daerah yang dikontrol oleh Yahudi. Mesir juga justru memperlemah serangan terhadap Israel ketika Nakrashi Pasha, perdana menteri Mesir justru mengirim tentara relawan yang baru saja diorganisir di bulan Januari pada tahun itu. Yordania juga memperlambat kedatangan pasukan Irak yang memasuki wilayahnya sehingga serangan terhadap Israel pun dimentahkan. Ini sebabnya ketika seorang Ulama yang buta matanya dihadirkan untuk mengangkat semangat Legiun Arab, Ulama tersebut mempermalukan Raja Abdullah ketika sang ulama berkata,’ Wahai Tentara! Andai saja kalian adalah Tentara Kami!” (ini menunjukkan bahwa tentara Legiun Arab sebenarnya tidak lain adalah tentara Inggris).
Meskipun satuan tempur Muslim berjumlah 40 ribu serdadu, hanya 10 ribu saja yang terlatih baik. Sementara itu kekuatan Zionis Israel terdiri dari 30 ribu tentara, dimana 10 ribu orang untuk pertahanan lokal dan 25 ribu lainnya untuk penjagaan wilayah. Disamping itu sekitar 3000 teroris Irgun dan Stern memiliki senjata lengkap dari AS dan Inggris. Meski tentara Israel memang terlatih, pengkhianatan penguasa muslimlah yang justru memastikan kemenangan Yahudi di Palestina.

Krisis Kanal Suez tahun 1956
Konflik ini sebenarnya bukan bertujuan untuk membebaskan palestina namun adalah konflik antara Inggris melawan AS untuk mengontrol kanal Suez.
AS melihat Mesir sebagai sekutu strategis demi menancapkan pengaruh di Timur Tengah. Dengan CIA, AS mengatur penjatuhan rezim Pro Inggris Raja Farook pada tahun 1952 dengan menaikkan perwira militer yang dipimpin oleh Jamal Abdul Nasser. CIA melakukan proyek yang dikenal sebagai proyek ‘Mencari Muslim ala Billy Graham’ di tahun 1951. Mike Copeland, intel CIA merilis informasi rahasia di biografinya pada tahun 1989 yang berjudul The Game Player yang menceritakan kisah sukses CIA dalam mengkudeta boneka Inggris raja Farook. Copeland yang merancang kudeta ini mengatakan bahwa ‘CIA membutuhkan figur yang kharismatik yang bisa mengendalikan dan membelokkan sentimen anti Amerika yang tengah menggunung saat itu.’ Dia juga menjelaskan bahwa CIA dan Nasser berada dalam perjanjian dengan Israel. Bagi Nasser, seruan perang terhadap Israel tidaklah penting. Prioritas Nasser adalah menghentikan penguasaan Inggris terhadap zone kanal Suez. Musuh Nasser adalah Inggris, bukan Israel.
Di tahun 1956, Nasser menjalankan perintah Amerika untuk menasionalisasi Kanal Suez. Sebagai jawabannya, Inggris menarik Perancis dan Israel untuk terlibat. Ini terlihat dari ungkapan sejarawan Corelli Barnett dalam bukunya ‘Jatuhnya Kekuasaan Inggris’ , yaitu ‘Perancis memusuhi Nasser karena Mesir membantu pemberontak Aljazair dan memiliki keterikatan emosi dengan kanal Suez. Bukankah sejatinya adalah Perancis yang membangun kanal Suez. Israel juga memiliki kepentingan melawan Nasser karena Fedayeen Palestina yang menyerang Israel dan juga blokade Mesir terhadap selat Tiran.’ Maka Sir Anthony Eden (Perdana Menteri Inggris) membuat rencana rahasia bersama Perancis dan Israel [8]. Barnett mengatakan bahwa konflik dipicu ketika ‘Israel akan menyerang Mesir dari semenanjung Sinai.’ Setelah itu ‘Inggris dan Perancis akan memberikan ultimatum bagi semua pihak untuk menghentikan perang atau mereka akan terjun dan terlibat demi melindungi Kanal Suez.’ [9]
AS dan Rusia lalu melakukan tekanan diplomatik terhadap Inggris untuk mundur. Rusia secara langsung mengancam Paris dan London dengan serangan nuklir. Tekanan internasional yang luarbiasa ini memaksa Inggris dan Perancis untuk meninggalkan Mesir. Pemerintahan AS dibawah Eisenhower juga mengancam Israel dengan sangsi ekonomi apabila Israel tidak mundur dari wilayah Mesir yang ia duduki, suatu hal yang akan sangat merugikan Israel kalau ancaman ini tidak diindahkan. Akhirnya, pemenang dari konflik ini tidak lain adalah AS yang akhirnya berhasil mendominasi percaturan politik timur tengah.
Perang 6-Hari 1967
Ini adalah perang yang mewakili babak baru konflik antara Inggris dan Amerika dalam persaingan untuk mengontrol Timur Tengah. Meskipun Inggris telah kehilangan kuku di wilayah ini selama 11 tahun, ia masih memiliki pengaruh yang cukup penting terutama dengan anteknya di Yordania, Syria, dan Israel. Untuk melemahkan Nasser, Inggris berusaha menarik Israel dan menyeret Mesir kedalam perang dimana Israel akan menguasai wilayah yang bisa dipakai sebagai negosiasi dalam pertukaran tanah demi perjanjian damai. Pada tanggal 5 juni 1967, Israel melakukan penyerangan mendadak yang menghancurkan 60% angkatan udara Mesir dan 66% pesawat tempur milik Syria dan Yordania.
Dari sisi Yordania, Isael berhasil menguasai Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Raja Hussein, sebelum perang dimulai, telah memposisikan satuan tempurnya di wilayah yang jauh dari wilayah pertempuran. Dalam waktu 48 jam, Israel telah menguasai kota-kota di Tepi Barat dan sebagian besar serdadu Yordania yang tewas ditembaki Israel, berada dalam posisi mengundurkan diri. Disamping itu, Israel juga menguasai dataran tinggi Golan di hari ke 6. Anehnya, saat berita jatuhnya dataran Golan ke tangan Israel dikeluarkan oleh radio Syria, pasukan Syria justru jelas-jelas masih menguasai dataran Golan! Israel juga menghantam boneka AS yaitu Nasser dengan menguasai Sharm al Sheikh dan jalur perairan selat Tiran. Tujuan untuk melemahkan Nasser telah tercapai sehingga membantu kepentingan Inggris. Israel berhasil menguasai daerah tambahan dan bisa menggunakannya sebagai asset untuk tawar menawar di meja perundingan, dimana status penguasaan tanah pada tahun 1967 selalu diangkat ketimbang status pada tahun 1948.
used as a basis for negotiations rather then the status of 1948.

Perang 1973: Pengkhianatan oleh Para Penguasa Muslim
Perang dadakan yang dicetuskan oleh Mesir dan Syria pada Oktober 1973 melawan Israel menunjukkan bahwa perang tersebut memiliki tujuan tertentu dan tidak berhubungan untuk membebaskan Palestina, bahkan bukan juga untuk membebaskan dataran tinggi Golan (yang sebenarnya ditujukan sebagai alat perdamaian antara Syria dan Israel). Tujuan perang 1973 adalah untuk memperkuat posisi Anwar Sadat dan Hafez al Assad, sebagai para pemimpin yang relatif baru di masanya yang rawan untuk dikudeta secara militer. Khususnya Sadat, ia berada dalam tekanan untuk menggantikan pemimpin kharismatik Nasser.
Mohammed Heikal, editor Al Ahram dari 1957 – 1974, yang menyaksikan perang, mengungkapkan motif Anwar Sadat dalam bukunya ‘Jalan menuju Ramadhan’ dimana ia mengutip perasaan Sadat hingga tercetusnya perang. Heikal menulis bahwa Mohammed Fowzi, salah satu Jendral Mesir, mengatakan dengan beranologi duel Samurai bahwa Mesir terjun ke dalam perang dengan menggunakan –secara sengaja—pedang yang pendek. Artinya, Mesir memang memiliki tujuan atau motif tertentu dengan melakukan perang secara terbatas.

Anwar Sadat memang tidak pernah berniat untuk berperang melawan Israel terlalu lama. Itu sebabnya, ia justru mencari perdamaian dengan Israel ketika pasukan Mesir berada di atas angin dalam pertempuran. Dalam 24 jam pertama, pasukan tempur Mesir menghajar benteng Bar-Lev, yang digembar-gemborkan sebagai pertahanan solid, dengan jumlah korban hanya 68 prajurit. Sementara itu 2 divisi Syria dan 500 tank menyapu dataran tinggi Golan dan merebut kembali wilayah yang dikuasai Israel pada tahun 1967. Dalam dua hari, Israel kehilangan 48 pesawat termpur dan 500 tank. Di tengah peperangan, Sadat mengirim pesan pada presiden AS bahwa tujuan perang ini adalah ‘perdamaian di Timur Tengah dan bukan perjanjian setengah-setengah.’ Lebih jauh lagi, kalau Israel bersedia melepaskan wilayah Mesir yang mereka duduki, maka Mesir akan melakukan perjanjian damai dibawah PBB atau pihak yang netral.

Maka meskipun, Sadat memiliki posisi diatas angin, ia justru ingin bernegosiasi. Penolakan Sadat untuk terus melanjutkan pertempuran dan meneruskan gelombang penyerangan terhadap Sinai, ternyata memberik kesempatan pada Israel untuk memobilisir kekuatan dan merebut kembali wilayahnya dengan bantuan AS. Konflik berakhir 25 Oktober setelah Israel melanggar perjanjian gencatan senjata sebelumnya.

Semua perang melawan Israel menunjukkan bahwa penguasa Muslim tidak pernah serius melawan Israel dan tidak pernah bertujuan untuk membebaskan Palestina. Kemenangan Israel sebenarnya adalah mitos yang dipromosikan untuk melemahkan semangat umat Islam. Pengkhianatan sebenarnya dilakukan oleh para penguasa muslim yang berkolaborasi untuk membangun dan menyebarkan mitos keunggulan Israel. Perang di dunia Arab menunjukkan bahwa negeri-negeri muslim tidak pernah disatukan dalam peperangan dalam satu tujuan: menghancurkan Israel. Sebaliknya, setiap peperangan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, kecuali pembebasan Palestina dan penghapusan Israel. Maka tujuan dalam mengancam Israel bukanlah tujuan hakiki, meskipun sebenarnya pasukan Arab memiliki potensi yang luar biasa.

ARTIKEL TERKAIT:

1 komentar:

pak muliadi mengatakan...

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

Posting Komentar

 
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahanam dan azab kubur dan fitnah kehidupan serta kematian dan dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim 923)"
Panji Hitam | Tegakan kebenaran Hancurkan kebathilan